PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DI INDONESIA; SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN IMPLEMENTASINYA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DI INDONESIA; SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN IMPLEMENTASINYA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DI INDONESIA; SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN IMPLEMENTASINYA

Buku ini menggali secara mendalam isu-isu yang sangat relevan dalam konteks pembangunan wilayah pesisir, seperti pengelolaan sumber daya alam, konservasi lingkungan, pemberdayaan ekonomi lokal, serta peningkatan kapasitas sosial masyarakat pesisir. Buku ini tidak hanya menyajikan teori-teori dasar pemberdayaan, tetapi juga dilengkapi dengan studi kasus yang memberikan gambaran nyata bagaimana konsep-konsep tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir.

Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir

Kondisi sosial-ekonomi masyarakat pesisir di Indonesia memiliki karakteristik yang unik dan kompleks, yang mencerminkan keseimbangan antara kekayaan alam yang melimpah dengan tantangan ekonomi yang signifikan. Masyarakat pesisir Indonesia sebagian besar merupakan kelompok yang bergantung pada sektor kelautan, perikanan, dan sumber daya pesisir lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, meskipun memiliki akses langsung ke sumber daya alam yang melimpah, masyarakat pesisir sering kali hidup dalam kondisi ekonomi yang terbatas, dengan tingkat pendapatan yang rendah dan ketergantungan tinggi pada hasil laut sebagai sumber utama penghidupan. Dalam konteks sosial, komunitas pesisir memiliki tradisi, nilai, dan budaya yang khas yang dibentuk oleh ketergantungan mereka pada lingkungan maritim. Hal ini mencakup kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya laut, sistem sosial yang berbasis pada kekeluargaan dan komunitas, serta adat istiadat yang berperan dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir.
Secara ekonomi, masyarakat pesisir banyak yang bekerja sebagai nelayan tradisional dengan teknologi dan alat tangkap yang sederhana, sehingga hasil tangkapan ikan dan produktivitas mereka umumnya rendah. Kondisi ini mempengaruhi pendapatan mereka, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Banyak nelayan yang bergantung pada laut sebagai sumber mata pencaharian menghadapi fluktuasi hasil tangkapan akibat perubahan iklim, kerusakan ekosistem laut, dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya ikan.
Faktor-faktor ini membuat pendapatan mereka sangat tidak stabil dan rentan terhadap kemiskinan. Selain itu, kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada pengembangan sektor pesisir menyebabkan keterbatasan akses terhadap bantuan teknologi dan sumber daya lainnya bagi para nelayan, sehingga produktivitas mereka tidak bisa ditingkatkan secara signifikan. Rendahnya akses terhadap modal dan teknologi yang memadai menempatkan masyarakat pesisir pada posisi yang rentan dalam persaingan dengan pelaku ekonomi yang lebih besar dan modern, baik dalam sektor perikanan maupun sektor lainnya.
Keterbatasan pendidikan dan keterampilan juga menjadi masalah serius bagi masyarakat pesisir. Tingkat pendidikan yang rendah membuat mereka memiliki pilihan kerja yang terbatas dan kurang mampu untuk mengembangkan alternatif mata pencaharian selain perikanan. Di beberapa daerah, masyarakat pesisir bahkan tidak memiliki akses yang memadai ke sarana pendidikan karena letak geografis yang sulit dijangkau. Minimnya pendidikan formal dan kurangnya program pelatihan membuat mereka sulit untuk beradaptasi dengan perubahan ekonomi, teknologi, dan sosial. Hal ini mengakibatkan masyarakat pesisir lebih sulit untuk mendapatkan peluang ekonomi yang lebih baik di luar sektor perikanan. Ketergantungan tinggi pada sektor perikanan menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus, di mana masyarakat pesisir terus mengalami keterbatasan ekonomi dan sosial tanpa adanya intervensi yang signifikan dari pemerintah atau pihak lain untuk mengatasi akar masalah tersebut.

Keuntungan Membeli Buku di sini

Produk Orisinal

Setiap buku yang dijual di sini adalah produk orisinil dari penerbit langsung bukan produk bajakan. Membeli produk orisinal berarti mendukung industri buku.

Produk Bergaransi

Semua produk bergaransi. Apabila Anda mendapatkan produk bukunya rusak, maka Anda akan mendapatkan garansi produk yang baru.

Fast Respon

Kami melayani pembelian produk secara riil time. Selama masih dalam jam kerja kami akan merespon cepat apapun yang Anda butuhkan.

Buku Berkualitas

Setiap buku yang kami terbitkan telah melalui proses yang sangat panjang. Sehingga dipastikan buku yang terbit memiliki jaminan kualitas.

Beli bukunya sekarang juga

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DI INDONESIA; SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN IMPLEMENTASINYA

Cetakan I, Desember 2024;  264 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Apa yang akan kamu dapatkan

Rp. 150.000

Rp. 144.600

Penjualan Akan Segera ditutup + 50% akan hangus dalam:
00 Hari 00 Jam 00 Menit 00 Detik

30 Hari Garansi Uang Kembali

Apabila Anda menemukan produk kami mengalami gagal produksi (kertas sobek, halaman terbalik, halaman hilang dan sejenisnya) yang disebabkan oleh kesalahan produksi, maka Anda berhak mendapatkan buku yang baru. (Kirim video unboxing untuk memastikan bahwa cacat bukan disebabkan kesalahan pembeli).

Disclaimer: Buku-buku yang diterbitkan oleh laboratorium komunikasi dan sosial fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas maritim raja ali haji telah melewati proses pra cetak dan cetak yang selektif. Namun demikian apabila Anda mendapatkan produk kami mengalami kecacatan, maka Anda bisa menukarnya dengan menghubungi nomor kontak yang tertera.

KONFLIK REMPANG DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

KONFLIK REMPANG DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

KONFLIK REMPANG DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

buku ini diharapkan nantinya dapat memberikan
pengetahuan kepada Masyarakat luas terkait bagaimana perspektif kebijakan luar negeri Indonesia dalam menghadapi kasus Pulau Rempang tersebut.

Latar Belakangan Geografis Pulau Rempang

Pulau Rempang adalah salah satu pulau yang berada di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berada sekitar 3 kilometer di sebelah tenggara Pulau Batam. Saat ini, Pulau Rempang lebih dikembangkan untuk wilayah pertanian dan perikanan Sembulang. Pulau Rempang memiliki luas wilayah sekitar 16.583 hektar, yang terdiri dari dua kelurahan, yaitu Rempang Cate dan Sembulang. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik, Pulau Rempang dihuni oleh 7.512 penduduk. Warga asli Pulau Rempang adalah suku Melayu, suku Orang Laut, dan suku Orang Darat, yang diyakini sudah tinggal di Pulau Rempang sejak 1834. Keberadaan Orang Darat di Pulau Rempang ini disebutkan dalam sejumlah arsip
kolonial Belanda. Pada 4 Februari 1930, Controleur Onderafdeeling Tanjungpinang, P Wink mengunjungi Orang Darat di Pulau Rempang. Catatan mengenai kunjungannya tersebut tertuang dalam artikel bertajuk Verslag van een bezoek aan de Orang Darat van Rempang, 4 Februari 1930 atau Laporan Sebuah Kunjungan ke Orang Darat di Pulau Rempang pada 4 Februari 1930. Namun, ada versi lain yang menyebutkan bahwa sejarah Pulau Rempang tidak terlepas dari penaklukkan yang dilakukan Belanda terhadap Kerajaan Melayu Riau pada 1784. Dilansir dari Kemdikbud, Pulau Rempang dulunya
belum termasuk dalam Otorita Batam. Barulah setelah Keppres No. 28 Tahun 1992 dikeluarkan, wilayah kerja Otorita Batam diperluas meliputi wilayah Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan pulau-pulau sekitarnya, sehingga dulu ada istilah yang cukup populer, yaitu Barelang yang berarti Batam, Rempang, dan Galang. Pulau Rempang terhubung dengan pulau-pulau lain melalui Jembatan Barelang. Jembatan Barelang adalah jembatan yang saling menyambung dan dibangun untuk memperluas Otorita Batam sebagai regulator daerah industri Pulau Batam.

Isi dari artikel tersebut ialah “ Catatannya tentang kunjungan dimuat dalam artikel berjudul Verslag van een bezoek aan de Orang Darat van Rempang, 4 Februari 1930 (Laporan Sebuah Kunjungan ke Orang Darat di Pulau Rempang pada 4 Febaruari 1930). Laporan ini ditulis di Tanjungpinang, 12 Februari 1930 dan dimuat dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkunde, Deel LXX Aflevering I,1930. Menurut P Wink, pejabat Belanda di Tanjungpinang sudah lama mengetahui tentang keberadaan Orang Darat ini. Namun, belum ada kontak langsung dengan mereka. Barulah P Wink, pejabat Belanda pertama yang turun langsung menemui Orang Darat ini. Menurut P Wink, orang Belanda bernama JG Schot dalam tulisannya Indische Gids tahun 1882, di Pulau Rempang ada suku asli yang bernama Orang Darat atau Orang Utan. Menurut legenda, mereka berasal dari Lingga. 

Namun, tidak ada informasi yang jelas tentang asal usul ini. Orang Darat ini mirip suku asli Johor dan Melaka, yakni Orang Jakun. Orang Darat di Pulau Rempang hidup di pondok-pondok tanpa dinding dan hanya beratap. Selain tinggal di Pulau Rempang, Orang Darat ada juga yang tinggal di Pulau Batam tapi kemudian seakan hilang karena membaur dengan Orang Melayu. Dalam kunjungannya ke Pulau Rempang, P Wink mendata jumlah Orang Darat yang ada di sana. Jumlahnya 8 delapan laki-laki, 12 orang wanita dan 16 orang anak-anak.

Tampilan Orang Darat, kulitnya lebih gelap dari orang Melayu. Mereka tidak terbiasa hidup di laut. Mereka tidak memiliki sampan dan hidup dari bercocok tanam. Mereka hidup dari bercocok tanam, mencari hasil hutan. Kalau kondisi air pasang, mereka baru mencari kepiting dan lokan. Nantinya dibarter dengan orang Tionghoa yang memiliki kebun gambir yang ada di Pulau Rempang. Tahun 1930, jumlah Orang Darat hanya sekitar 36 jiwa. Sebelumnya informasi dari Tetua Orang Darat di Rempang, Sarip dulunya Orang Darat jumlahnya 300 jiwa.

Kondisi Orang Darat (Orang Hutan) di Batam makin punah atau tersisih. Tahun 2014 lalu, jumlahnya sekitar 8 kepala keluarga (KK). Pemerintah kota Batam dianggap sudah memberikan perhatian yang cukup. Namun, Suku Utan sendiri yang memilih tetap hidup di dalam perasingan.Selain karena memutuskan untuk bermigrasi ke pulau lain atau ke kota, populasi Suku Utan yang tinggal di pesisir berkurang karena banyak yang meninggal.Kampung mereka di Dusun Sungai Sadap kini didiami para tetua yang menolak untuk hijrah. Hanya sedikit di antaranya yang anak muda. Masih seperti dahulu, Orang Darat tinggal di bawah pohon-pohon besar dengan bangunan seadanya yang terbuat dari triplek dan kayu. Berbeda dari Suku Laut yang tinggal berpindah-pindah, mata pencarian Orang Darat ini tetap bercocok tanam.

Keuntungan Membeli Buku di sini

Produk Orisinal

Setiap buku yang dijual di sini adalah produk orisinil dari penerbit langsung bukan produk bajakan. Membeli produk orisinal berarti mendukung industri buku.

Produk Bergaransi

Semua produk bergaransi. Apabila Anda mendapatkan produk bukunya rusak, maka Anda akan mendapatkan garansi produk yang baru.

Fast Respon

Kami melayani pembelian produk secara riil time. Selama masih dalam jam kerja kami akan merespon cepat apapun yang Anda butuhkan.

Buku Berkualitas

Setiap buku yang kami terbitkan telah melalui proses yang sangat panjang. Sehingga dipastikan buku yang terbit memiliki jaminan kualitas.

Beli bukunya sekarang juga

KONFLIK REMPANG DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA

Cetakan I, Desember 2024;  106 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Apa yang akan kamu dapatkan

Rp. 150.000

Rp. 86.000

Penjualan Akan Segera ditutup + 50% akan hangus dalam:
00 Hari 00 Jam 00 Menit 00 Detik

30 Hari Garansi Uang Kembali

Apabila Anda menemukan produk kami mengalami gagal produksi (kertas sobek, halaman terbalik, halaman hilang dan sejenisnya) yang disebabkan oleh kesalahan produksi, maka Anda berhak mendapatkan buku yang baru. (Kirim video unboxing untuk memastikan bahwa cacat bukan disebabkan kesalahan pembeli).

Disclaimer: Buku-buku yang diterbitkan oleh laboratorium komunikasi dan sosial fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas maritim raja ali haji telah melewati proses pra cetak dan cetak yang selektif. Namun demikian apabila Anda mendapatkan produk kami mengalami kecacatan, maka Anda bisa menukarnya dengan menghubungi nomor kontak yang tertera.

BUKU AJAR PENYAJIAN KONTEN

BUKU AJAR PENYAJIAN KONTEN

BUKU AJAR PENYAJIAN KONTEN

Buku ini berperan  sangat penting dalam memberikan pemahaman yang mendalam kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, mengenai
keterampilan menyajikan informasi secara efektif.

Definisi dan Konsep Dasar Penyajian Konten

Penyajian konten merupakan proses penting dalam komunikasi yang mengacu pada cara informasi disusun, ditampilkan, dan disebarluaskan kepada audiens. Definisi penyajian konten mencakup berbagai elemen, mulai dari pemilihan media, tata letak, hingga gaya bahasa yang digunakan. Dalam dunia yang semakin dipenuhi dengan informasi, penyajian konten
yang efektif menjadi sangat penting untuk menarik perhatian audiens dan memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan diterima dengan baik. Penyajian konten bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang bagaimana informasi tersebut dipersepsikan dan dipahami oleh audiens.
Salah satu aspek kunci dari penyajian konten adalah pemilihan format yang tepat. Konten dapat disajikan dalam berbagai format, termasuk teks, gambar, video, infografis, dan presentasi. Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, dan pilihan yang tepat tergantung pada tujuan penyampaian informasi, karakteristik audiens, serta konteks
situasi. Misalnya, jika tujuan penyajian adalah untuk memberikan instruksi atau panduan, penggunaan video atau infografis mungkin lebih platform blog, media sosial, dan video streaming, penyaji konten dapat menjangkau audiens yang lebih luas dengan lebih mudah. Namun, penggunaan teknologi juga menuntut penyaji untuk terus beradaptasi dengan tren dan perubahan yang cepat dalam preferensi audiens. Oleh karena itu, pemahaman tentang analisis data dan perilaku audiens menjadi semakin penting untuk mengoptimalkan strategi penyajian konten.
Konsep dasar penyajian konten juga mencakup pemahaman tentang tujuan dan audiens. Setiap penyajian konten harus didasarkan pada tujuan yang jelas, apakah itu untuk menginformasikan, mengedukasi, menghibur, atau memotivasi audiens. Memahami siapa audiens kita juga sangat penting; pengetahuan tentang demografi, minat, dan kebutuhan audiens dapat membantu dalam merancang konten yang lebih relevan dan menarik. Dalam banyak kasus, melakukan riset audiens sebelum menyusun konten dapat memberikan wawasan berharga yang akan meningkatkan efektivitas penyajian.
Akhirnya, evaluasi merupakan langkah yang tidak boleh terlewatkan dalam proses penyajian konten. Setelah konten disajikan, penting untuk mengukur dampaknya terhadap audiens. Ini dapat dilakukan melalui survei, analisis interaksi, atau pengukuran konversi, tergantung pada tujuan penyajian. Evaluasi yang baik dapat memberikan umpan balik yang berguna untuk meningkatkan kualitas konten di masa mendatang, serta membantu dalam pengambilan keputusan strategis.
Dalam kesimpulannya, penyajian konten adalah proses multifaset yang melibatkan berbagai elemen, termasuk pemilihan format, desain visual, gaya bahasa, keterlibatan audiens, dan penggunaan teknologi. Memahami konsep dasar penyajian konten dan bagaimana menerapkannya dengan efektif dapat membantu dalam menciptakan komunikasi yang lebih efektif dan berdampak. Penyajian konten yang baik tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menciptakan pengalaman yang menarik dan memuaskan bagi audiens, menjadikan mereka lebih cenderung untuk terlibat dan merespons. Dengan begitu, penyajian konten menjadi kunci untuk membangun hubungan yang kuat antara penyaji dan audiens dalam dunia yang semakin terhubung.

Keuntungan Membeli Buku di sini

Produk Orisinal

Setiap buku yang dijual di sini adalah produk orisinil dari penerbit langsung bukan produk bajakan. Membeli produk orisinal berarti mendukung industri buku.

Produk Bergaransi

Semua produk bergaransi. Apabila Anda mendapatkan produk bukunya rusak, maka Anda akan mendapatkan garansi produk yang baru.

Fast Respon

Kami melayani pembelian produk secara riil time. Selama masih dalam jam kerja kami akan merespon cepat apapun yang Anda butuhkan.

Buku Berkualitas

Setiap buku yang kami terbitkan telah melalui proses yang sangat panjang. Sehingga dipastikan buku yang terbit memiliki jaminan kualitas.

Beli bukunya sekarang juga

BUKU AJAR PENYAJIAN KONTEN

Cetakan I, Desember 2024;  244 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Apa yang akan kamu dapatkan

Rp. 150.000

Rp. 137.200

Penjualan Akan Segera ditutup + 50% akan hangus dalam:
00 Hari 00 Jam 00 Menit 00 Detik

30 Hari Garansi Uang Kembali

Apabila Anda menemukan produk kami mengalami gagal produksi (kertas sobek, halaman terbalik, halaman hilang dan sejenisnya) yang disebabkan oleh kesalahan produksi, maka Anda berhak mendapatkan buku yang baru. (Kirim video unboxing untuk memastikan bahwa cacat bukan disebabkan kesalahan pembeli).

Disclaimer: Buku-buku yang diterbitkan oleh laboratorium komunikasi dan sosial fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas maritim raja ali haji telah melewati proses pra cetak dan cetak yang selektif. Namun demikian apabila Anda mendapatkan produk kami mengalami kecacatan, maka Anda bisa menukarnya dengan menghubungi nomor kontak yang tertera.

Kerjasama Subregional IMT-GT: Peluang dan Tantangan dalam Nation Branding Kepulauan Riau

Kerjasama Subregional IMT-GT: Peluang dan Tantangan dalam Nation Branding Kepulauan Riau

Kerjasama Subregional IMT-GT: Peluang dan Tantangan dalam Nation Branding Kepulauan Riau

Buku ini tidak hanya menyajikan analisis mendalam tentang kerjasama subregional ini, tetapi juga menawarkan solusi nyata untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Penulis dengan cermat mengkaji berbagai aspek yang berkaitan dengan nation branding, mulai dari identitas budaya, sumber daya alam, hingga dinamika sosial-ekonomi yang ada.

KONSEP DASAR KERJASAMA SUBREGIONAL

Kerjasama subregional merujuk pada bentuk kolaborasi antar negara atau wilayah dalam skala geografis yang lebih kecil daripada tingkat regional atau internasional. Kerjasama ini biasanya melibatkan negara-negara atau wilayah yang terletak berdekatan secara geografis dan memiliki karakteristik ekonomi, sosial, atau budaya yang serupa atau saling melengkapi. Dalam konteks ini, kerjasama subregional diharapkan dapat menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan antara negaranegara yang terlibat, menciptakan sinergi ekonomi, meningkatkan stabilitas, dan mempercepat pembangunan di wilayah-wilayah yang sering kali mengalami keterbatasan dalam mengakses pasar atau jaringan
ekonomi yang lebih besar.
Kerjasama subregional berbeda dari kerjasama internasional yang biasanya melibatkan seluruh negara dalam suatu kawasan besar, seperti ASEAN di Asia Tenggara atau Uni Afrika di benua Afrika. Kerjasama subregional, di sisi lain, lebih spesifik dan terfokus pada wilayah yang lebih kecil dan berdekatan. Salah satu contoh yang sering dijadikan rujukan
adalah kerjasama di wilayah ASEAN dalam bentuk subregional sepertiIMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) atau BIMPEAGA (Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area). Kedua contoh tersebut mencerminkan bagaimana negara-negara yang memiliki kedekatan geografis berkolaborasi dalam menciptakan ruang pertumbuhan ekonomi baru yang lebih terfokus.
Kerjasama subregional bertujuan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi yang ada di wilayah tersebut dengan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, mengurangi hambatan perdagangan, serta mendorong pertukaran sumber daya manusia dan teknologi. Dengan berkolaborasi dalam tingkat subregional, negara-negara anggota dapat mengatasi hambatan ekonomi yang sering kali sulit dipecahkan jika dilakukan secara individu. Misalnya, negara yang memiliki keterbatasan infrastruktur dapat memanfaatkan akses dari negara tetangga yang lebih maju infrastrukturnya, atau sebaliknya. Melalui kerjasama seperti ini, negara-negara anggota berupaya menciptakan efisiensi ekonomi yang memungkinkan mereka lebih kompetitif dalam perdagangan global.
Selain aspek ekonomi, kerjasama subregional juga mencakup bidang-bidang lain seperti keamanan, lingkungan, dan sosial-budaya. Dalam konteks keamanan, kerjasama subregional sering kali diupayakan untuk menghadapi tantangan bersama seperti ancaman terorisme, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba, dan kejahatan lintas negara lainnya yang menjadi ancaman bagi stabilitas wilayah. Hal ini sangat relevan dalam konteks wilayah yang berbatasan langsung, di mana pengawasan perbatasan yang efektif membutuhkan kolaborasi antar negara untuk memastikan keamanan dan stabilitas.
Dalam hal lingkungan, kerjasama subregional memberikan kesempatan bagi negara-negara di wilayah tertentu untuk bekerja sama dalam mengatasi isu-isu lingkungan yang sifatnya lintas batas, seperti polusi udara, degradasi lahan, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kerjasama semacam ini semakin penting mengingat bahwa ancaman lingkungan tidak mengenal batas negara, sehingga membutuhkan upaya bersama dari negara-negara yang terdampak. Di kawasan Asia Tenggara, misalnya, isu kebakaran hutan dan kabut asap yang melanda beberapa negara sering kali diatasi melalui kerjasama 3
subregional yang melibatkan pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam mencari solusi yang berkelanjutan.
Di bidang sosial dan budaya, kerjasama subregional dapat meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antar masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan atau yang memiliki kedekatan budaya. Dengan adanya kerjasama di bidang ini, negara-negara dapat mempromosikan warisan budaya yang mereka miliki bersama, mengembangkan pariwisata berbasis budaya, dan memfasilitasi pertukaran pelajar atau tenaga kerja. Melalui pendekatan ini, kerjasama subregional tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga membantu dalam menciptakan rasa persaudaraan dan solidaritas antar masyarakat di negara-negara yang terlibat.
Keberhasilan kerjasama subregional sangat bergantung pada komitmen dari negara-negara anggota untuk mengatasi perbedaan-perbedaan kebijakan, regulasi, dan standar yang mungkin ada. Setiap negara memiliki sistem pemerintahan, aturan hukum, dan kebijakan ekonomi yang berbeda-beda, yang kadang menjadi tantangan dalam menyelaraskan langkah-langkah kerjasama. Oleh karena itu, dibutuhkan dialog yang intensif dan komitmen untuk mencapai konsensus dalam mengatasi perbedaan tersebut demi tercapainya tujuan bersama. Selain itu, keberhasilan kerjasama subregional juga memerlukan partisipasi aktif dari sektor swasta, masyarakat sipil, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya agar dapat berjalan secara efektif dan inklusif.
Meskipun demikian, kerjasama subregional tidak selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Dalam beberapa kasus, perbedaan dalam hal kapasitas ekonomi dan infrastruktur antar negara anggota dapat menyebabkan ketimpangan dalam distribusi manfaat kerjasama. Negara yang lebih maju mungkin mendapatkan manfaat yang lebih besar dibandingkan negara yang kurang berkembang, sehingga dibutuhkan kebijakan yang berkeadilan agar kerjasama ini tidak menciptakan kesenjangan yang lebih lebar di antara negara-negara anggota. Selain itu, tantangan lain yang sering muncul adalah masalah birokrasi, regulasi yang kompleks, dan perbedaan politik yang dapat memperlambat proses integrasi di tingkat subregional.
Di sisi lain sebagai upaya penguatan dalam kerjasama subregional memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk mengembangkan diplomasi ekonomi yang lebih efektif dan terfokus. Dengan memiliki agenda bersama yang lebih spesifik, negara-negara anggota dapat menciptakan strategi negosiasi yang lebih kuat dalam menghadapi negara-negara di luar kawasan atau bahkan dalam konteks kerjasama yang lebih luas di tingkat regional dan internasional. Dalam konteks ASEAN, misalnya, kerjasama subregional seperti IMT-GT atau BIMP-EAGA sering kali menjadi model untuk mengembangkan inisiatif serupa di kawasan yang lebih luas, yang kemudian bisa berkontribusi dalam mencapai visi ASEAN Economic Community (AEC).
Kesimpulannya, kerjasama subregional adalah sebuah pendekatan kolaborasi yang berfokus pada pengembangan dan integrasi ekonomi, keamanan, lingkungan, dan sosial-budaya di antara negara-negara atau wilayah yang memiliki kedekatan geografis. Melalui kerjasama ini, diharapkan negara-negara anggota dapat mengatasi tantangan bersama, menciptakan peluang ekonomi baru, meningkatkan stabilitas, dan mempercepat proses pembangunan di wilayah tersebut. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kerjasama subregional memiliki potensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, memperkuat solidaritas antar negara, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat dari seluruh pihak yang terlibat, kerjasama subregional dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.

Keuntungan Membeli Buku di sini

Produk Orisinal

Setiap buku yang dijual di sini adalah produk orisinil dari penerbit langsung bukan produk bajakan. Membeli produk orisinal berarti mendukung industri buku.

Produk Bergaransi

Semua produk bergaransi. Apabila Anda mendapatkan produk bukunya rusak, maka Anda akan mendapatkan garansi produk yang baru.

Fast Respon

Kami melayani pembelian produk secara riil time. Selama masih dalam jam kerja kami akan merespon cepat apapun yang Anda butuhkan.

Buku Berkualitas

Setiap buku yang kami terbitkan telah melalui proses yang sangat panjang. Sehingga dipastikan buku yang terbit memiliki jaminan kualitas.

Beli bukunya sekarang juga

Kerjasama Subregional IMT-GT: Peluang dan Tantangan dalam Nation Branding Kepulauan Riau

Cetakan I, Desember 2024;  244 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Apa yang akan kamu dapatkan

Rp. 150.000

Rp. 137.200

Penjualan Akan Segera ditutup + 50% akan hangus dalam:
00 Hari 00 Jam 00 Menit 00 Detik

30 Hari Garansi Uang Kembali

Apabila Anda menemukan produk kami mengalami gagal produksi (kertas sobek, halaman terbalik, halaman hilang dan sejenisnya) yang disebabkan oleh kesalahan produksi, maka Anda berhak mendapatkan buku yang baru. (Kirim video unboxing untuk memastikan bahwa cacat bukan disebabkan kesalahan pembeli).

Disclaimer: Buku-buku yang diterbitkan oleh laboratorium komunikasi dan sosial fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas maritim raja ali haji telah melewati proses pra cetak dan cetak yang selektif. Namun demikian apabila Anda mendapatkan produk kami mengalami kecacatan, maka Anda bisa menukarnya dengan menghubungi nomor kontak yang tertera.